Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah

  Cepogo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Cepogo dapat kita capai dari Boyolali atau dari Ampel. Jalan ke Cepogo cukup menanjak. Jika terus lagi, kita akan sampai ke Selo. Selo terletak di kaki gunung Merapi sebelah timur.
Banyak sapi perah dipelihara di Cepogo. Iklim yang dingin memungkinkan pemeliharaan sapi perah.
  Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah sudah berpuluh-puluh tahun lamanya dikenal sebagai sentra produksi kerajinan logam tembaga dan kuningan. Produknya pun sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri.


peta Cepogo sebuah kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia
Peta cepogo boyolali

      Berbagai barang kerajinan logam berbahan baku kuningan dan tembaga itu dapat ditemukan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan masak memasak, washtafel, bathtub, baki/nampan, wadah buah-buahan segar, tempat lilin dan lain-lain hingga produk hiasan interior, patung dari logam, hiasan dinding, lukisan mozaik logam tempa dan lain-lain. Banyak diantara pengusaha kerajinan logam tempa hand made dari kuningan dan tembaga di Cepogo, Boyolali yang sudah memiliki konsumen tetap di berbagai kota besar di tanah air. Bahkan, sejumlah perajin karya seni logam Cepogo juga ada yang sudah memiliki pelanggan tetap di luar negeri.
Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
Kantor camat cepogo
   
 Lonjakan harga bahan baku logam sebetulnya hanyalah merupakan salah satu penyebab rontoknya kalangan pelaku industri kerajinan logam di Cepogo dan mungkin juga di daerah lainnya di tanah air. Masih ada faktor lainnya yang menyebabkan menciutnya pasar barang kerajinan logam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Faktor tersebut tidak lain adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional maupun global sebagai dampak dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Lonjakan harga minyak dunia yang pada bulan April 2008 lalu telah mencapai level US$ 120 per barrel telah mendongkrak kenaikan harga berbagai komoditi lainnya seperti komoditi pangan (biji-bijian dan serealia), komoditi perkebunan (minyak kelapa sawit, karet, kopi, kakao dan lain-lain) serta komoditi tambang (besi-baja, emas, nikel, tembaga, timah dan lain-lain). Kenaikan harga berbagai komoditi tersebut telah mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang sehingga pertumbuhan ekonomi pun mengalami penurunan.